Frans Moro Angkat Bicara Terkait Viralnya Video Peratin Mekar Jaya

 



Lampung Barat- Menanggapi video konten viral yang di lakukan oleh Peratin (kepala desa/red) Mekarjaya Kecamatan Gedung Surian Kabupaten Lampung Barat (Lambar), beberapa waktu lalu membuat Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Aliansi Jurnalistik Online Indonesia (AJOI)  Lambar, Frans Morro mengatakan, harus bijak menggunakan media sosial, jangan sampai mengundang reaksi ketersinggungan ataupun bermasalah dengan hukum. 


“Karena hal tersebut akan membuat diri kita sendiri bermasalah,” ujarnya, tempo hari (16/1).


Menurutnya, video yang beredar dari Peratin Mekarjaya, seharusnya tidak terjadi, karena itu mengundang reaksi kawan-kawan yang bertugas sebagai jurnalis. Karena dalam vidio itu jelas menyebutkan Wartawan artinya, menyinggung profesi.


Bahkan kata pria yang akrab disapa Uda Frans tersebut, terlihat dari mimik wajah dan gestur tubuh saat mengucapkan kata-katanya seperti merendahkan suatu profesi tersebut, hal ini sangat tidak pantas karena progesi wartawan itu mulia, menyebar luaskan informasi. Jika memang ada Oknum yang tidak bertanggung jawab dan mengatas namakan wartawan, silahkan di proses hukum, jangan seperti ini yang menyinggung suatu profesi yang sangat mulia bagi insan pers.


Ditanbahkanya, dalam konten yang berdurasi 51 detik teraebut Dede Suherli dengan gaya pelawak namun terkesan Melecehkan karya jurnalis.


“Kalau memang profesional, kenapa harus nyumput temui wartwannya dan berikan hak jawab dan jangan jadikan karya tulis wartawan sebagai lelucon seperti ini,” jelasnya.


Dia juga mengatakan, konten semacam itu sangat tidak pantas dilakukan oleh seorang peratin, karena hal tersebut memicu ketersinggungan para insan pers.


“Kalau mau melawak jangan singgung perasaan wartawan silahkan buat konten yang lain hal semacam ini sangat tidak pantas dilakukan oleh seorang peratin, tugas wartawan itu mulia jangan jadikan lelucon seperti ini,” imbuhnya


Selaku pewarta yang pekerjaan sehari-hari mencari dan menulis berita,  Frans Morro meminta yang bersangkutan meminta maaf atas ucapannya tersebut, karena disitu jelas jika ada penyebutan profesi wartawan, bahkan nada mengajak kawan-kawan peratin lainnya untuk bersembunyi atau nyumput, karena takut dengan awak media, itu sama dengan tindakan provokatif.


“Jika memang tidak bersalah kenapa harus nyumput, kalaupun ada kawan-kawan wartawan yang datang bertanya, silahkan dijawab sesuai pertanyaan tersebut, jika kita tidak merasa salah kenapa takut. Jadi jangan semua wartawan dianggap tidak baik,” pungkasnya. (**)